-->

Notification

×

Translate

Kode Iklan Homepage 970x250 atau 728x90 taruh disini --

Kode Iklan mobile 728x90 taruh disini

Tag Terpopuler

Field Trip LKTJ 2025: PT EMP Malacca Strait & Media Menyusuri Tiga Program CSR Unggulan

Senin, 22 September 2025 | 23:11 WIB Last Updated 2025-09-22T16:29:57Z

Meranti, 16 September 2025 — Selama dua hari penuh, PT Energi Mega Persada (EMP) Malacca Strait bersama PT Imbang Tata Alam (ITA) dan rekan-rekan media melaksanakan Field Trip Lomba Karya Tulis Jurnalistik (LKTJ) 2025. Agenda ini mengajak jurnalis dan pegiat lingkungan mengunjungi tiga lokasi binaan CSR perusahaan: Telaga Air Merah, Koperasi Jasa Usaha Mandiri Syariah (KJUM Syariah), dan Mangrove Sungai Bersejarah (MSB).

Perjalanan dimulai di Telaga Air Merah, Selasa (16/09/2025) Desa Lalang Tanjung. Destinasi ini bukan hanya tempat wisata, melainkan bukti kebangkitan desa melalui gotong royong pemuda.

Arif Hidayatullah, CSR Coordinator EMP, menceritakan awal pengembangan destinasi ini dengan antusias. Ia menegaskan bahwa langkah pertama yang mereka ambil adalah memprioritaskan pembangunan destinasi wisata agar bisa menggerakkan roda ekonomi desa.

"Kemudian kami tidak bisa melaksanakan program infrastruktur lagi di Desa Tanjung, maka itu kita laksanakan dengan program destinasi wisata terlebih dahulu. Dengan hal itu, baru bisa membangun atau ada program perbaiki jalan menuju wisata tersebut," jelas Arif.

Kini Telaga Air Merah menjadi lokasi favorit mahasiswa untuk camping dan kegiatan komunitas. Rafi, salah satu pengunjung, membagikan pengalamannya.

"Cukup terjaga. Ada karang taruna yang membantu memantau lokasi. Sampah juga disediakan tempatnya, jadi tinggal kita yang disiplin,"

Kesan ini menunjukkan bagaimana kesadaran lingkungan ikut tumbuh seiring berkembangnya destinasi wisata desa.

Besoknya, Rombongan Media kemudian mengunjungi KJUM Syariah di Kelurahan Teluk Belitung, Kecamatan Merbau. Koperasi ini merupakan mitra binaan yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat.

Ketua KJUM Syariah, Samaun, S.Sos, mengungkapkan dengan penuh kebanggaan perkembangan koperasi yang mereka kelola. Ia menekankan betapa panjang perjuangan yang telah mereka lalui sejak awal berdiri.

"Modal awal kami hanya Rp24 juta hasil patungan pendiri. Kini berkembang menjadi sekitar Rp4,6 miliar," ungkapnya ke rekan media dikantor KJUMS, Rabu (17/09/2025).

Pernyataan ini menjadi bukti nyata bahwa kerja keras dan manajemen yang transparan dapat membawa koperasi kecil menjadi lembaga yang berdaya besar. Dari sekadar patungan, kini KJUM Syariah mampu menopang perekonomian anggota dan memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.

Koperasi ini juga aktif membina anggotanya melalui pelatihan manajemen dan kewirausahaan. Masalah kredit macet diselesaikan dengan komunikasi yang humanis namun tetap tegas.

bercerita bagaimana masyarakat kala itu harus menempuh cara-cara tradisional hanya untuk melakukan transaksi sederhana.

"Sebelum ada koperasi, masyarakat kesulitan melakukan transaksi keuangan. Sekarang pedagang kecil pun bisa berkembang," ujarnya.

Kata-kata itu seakan merangkum perubahan besar yang dirasakan warga. Kini, para pedagang tidak perlu lagi bergantung pada pemilik toko atau menanggung biaya kirim uang yang tinggi. Sistem koperasi memberi mereka akses permodalan yang lebih mudah dan adil, membuka peluang usaha, serta menggerakkan ekonomi Merbau dari tingkat paling bawah.

Perjalanan ditutup di Mangrove Sungai Bersejarah (MSB), pusat konservasi sekaligus destinasi edukasi lingkungan.

Jumadi Afrizal, Ketua Kelompok Laskar Mandiri, mengenang perjuangan awal mereka dalam menjaga kelestarian lingkungan. Ia menceritakan bagaimana kelompok itu lahir dari kepedulian warga terhadap hutan mangrove yang kian terancam.

"Awalnya kami hanya menanam mangrove dan melaporkan jika ada penebangan liar. Tahun 2017 kami musyawarah, membentuk SK kelompok, dan membangun jembatan sepanjang 350 meter dengan lebar 1 meter," jelas Jumadi.

Cerita itu memperlihatkan semangat gotong royong masyarakat. Dari sekadar melapor, mereka berinisiatif menciptakan sarana edukasi dan wisata, sehingga mangrove yang dulunya terancam kini menjadi ikon desa. Keberadaan jembatan tersebut tidak hanya memudahkan akses, tetapi juga mengundang perhatian pengunjung dan pemerhati lingkungan dari berbagai daerah.

Kini Taman Lestari MSB bukan hanya konservasi tetapi juga laboratorium alam. Program eco-print menjadi daya tarik, di mana pengunjung belajar membuat pewarna alami dari daun mangrove untuk pakaian dan tas.

Hansardi, Humas EMP dari Pekanbaru, menyampaikan apresiasi sekaligus refleksi atas kegiatan yang baru saja selesai. Baginya, field trip ini bukan hanya agenda formal, tetapi juga ruang untuk memperkuat hubungan dengan Rekan Media

"Field trip ini sebenarnya ide dari rekan-rekan wartawan. Terima kasih sudah ikut serta dua hari ini. Kami mohon maaf bila masih ada kekurangan, mulai dari transportasi hingga fasilitas. Kritik dan saran akan kami jadikan bahan perbaikan untuk kegiatan berikutnya," ungkap Hansardi dengan nada rendah hati.

Sebagai penutup, Hansardi memberi kesempatan kepada perwakilan wartawan untuk menyampaikan kesan dan pesan, yang disambut positif oleh Ketua PWI Bang Rizal.

Kunjungan ini menegaskan bahwa CSR EMP bukan sekadar bantuan sesaat, tetapi program berkelanjutan yang memberi dampak nyata dari infrastruktur desa, pemberdayaan ekonomi, hingga konservasi lingkungan.

Field Trip LKTJ 2025 menjadi bukti kolaborasi antara perusahaan, pemerintah desa, pemuda, dan media dalam menciptakan perubahan positif bagi masyarakat Kepulauan Meranti.

(Penulis : Dodi Kesuma Nasution)


Simak Breaking News & Berita Terbaik di Newsfaktual.my.id! Dapatkan update berita terkini langsung di WhatsApp! Ikuti Newsfaktual.my.id | Fakta Mengabarkan dan tetap terhubung dengan informasi terbaru. Klik di sini untuk bergabung: Ikuti saluran Newsfaktual.my.id | Fakta Mengabarkan di WhatsApp: (https://whatsapp.com/channel/0029VbAqSKG5Ui2TUJDCqL0D)